
SMPK Virgo Fidelis Maumere Launching Tiga Buku, Aksi Nyata Gerakan Literasi
Maumere—SMP Katolik Virgo Fidelis Maumere me-launching 3 judul buku, karya peserta didik kelas IX yang ditulis pada masa pembelajaran semester akhir. Acara lauching buku ini dilaksanakan dalam rangkaian acara pengumuman kelulusan dan pelepasan 188 peserta didik kelas IX tahun ajaran 2021/2022, yang bertempat di Aula Sta. Theresia Avilla – Yayasan St. Gabriel Maumere, Sabtu, 3/4/22.
Kepala Kurikulum SMP Katolik Virgo Fidelis Maumere, Robertus Adi Sarjono Owon menyebutkan, tiga buku tersebut merupakan buah dari program literasi sekolah sekaligus bukti dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Tiga buku tersebut berjudul: Bunga Terakhir, Titian Kisah, dan Bianglala.

Sarjono menjelaskan bahwa buku antologi puisi bertajuk “Bunga Terakhir” merupakan buku keempat yang terlahir dari sekolah ini. Yang menarik dalam buku ini, peserta didik menuliskan puisi berdasarkan arti nama mereka masing-masing. Seperti nama Hildegardis, maka huruf “H” sebagai huruf pertama dari nama tersebut, dikembangkan menjadi satu larik, yaitu larik pertama. Huruf “I” sebagai huruf kedua, dikembangkan menjadi larik kedua dan seterusnya. Dengan demikian, satu nama disulap menjadi satu puisi yang syarat makna.
Selanjutnya buku dengan judul “Titian Kasih” merupakan buku cerita tiga paragraf (certigraf). Buku ini merupakan buku kelima yang terlahir dari sekolah ini.

“Memang tidak mudah bagi peserta didik untuk merangkai kata menjadi sebuah cerita pendek. Karena itu, untuk memudahkan anak-anak agar bisa menghasilkan cerpen yang sederhana namun menarik, maka dibuatlah cerita tiga paragraf,” Ungkap Sarjono.
Sarjono juga menjelaskan bahwa dari tiga paragraf tersebut, paragraf pertama merupakan resolusi cerita, paragraf kedua merupakan komplikasi cerita, dan paragraf ketiga merupakan resolusi cerita.
Buku berikutnya yang diluncurkan berjudul “Bianglala” yang juga menjadi buku keenam yang berhasil ditulis oleh peserta didik SMPK Vifi Maumere. Bianglala sendiri adalah sebuah buku kumpulan puisi.

Menulis buku, menurut Sarjono, merupakan bagian dari upaya mengembangkan potensi literasi di lingkungan sekolah, sehingga akan terbangun generasi muda yang literatif. Dia mencontohkan buku berjudul “Bunga Terakhir” yang diluncurkan saat itu, adalah karya yang diharapkan mampu mendongkrak peran peserta didik yang dinilai kurang kreatif dan inovatif.
Baginya memang mudah mendampingi siswa untuk menulis, meski ada beberapa siswa yang merasa kesulitan menulis sebab sebelumnya belum pernah menulis. Bahkan membutuhkan waktu untuk membuka konsultasi karya secara daring. Namun, proses pendampingan itu akhirnya bisa menghasilkan tulisan yang layak dibukukan.
“Saya mencoba baca satu persatu karya mereka (siswa), saya koreksi penulisannya, pemilihan katanya, alur, dan lain-lain,” papar Sarjono di hadapan para orang tua wali dan ratusan peserta didik.
Kepala sekolah SMPK Virgo Fidelis Maumere, Sr. Emilia Erti, SSpS, mengatakan bahwa ketiga buku ini merupakan bukti nyata gerakan literasi sekolah. Peserta didik dilatih untuk mampu menghasilkan karyanya sendiri.
Sr. Emilia melanjutkan bahwa tiga buku yang diterbitkan ini merupakan hasil kerja sama Nyalanesia yang memotivasi sekolah melalui Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) Nasional. Nyalanesia telah memberi dan membuka ruang seluas-luasnya kepada peserta didik dan pendidik untuk berliterasi.
“Orang dapat menulis dengan baik jika ia pun membaca dengan baik. Membaca dengan baik pada hakikatnya membaca sambil memaknai dan mengapresiasi”, kata Sr. Emilia.
Ia melanjutkan bahwa pihak sekolah telah bekerja sama dengan PT. Nyalanesia pada tahun 2020. Sekolah patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada sikap berani para peserta didik dan pendidik untuk menuangkan dan mengolah segenap potensi yang ada di dalam dirinya demi membesarkan nyala api literasi yang saat ini sedang berkedap-kedip. Sekolah pun memberikan penghargaan yang sama kepada Penerbit Markumi Yogyakarta yang mau menerbitkan buku-buku tersebut.
SMPK Virgo Fidelis Maumere kini telah menghasilkan enam buku karya peserta didik, dan 2 buku karya pendidik. Karya buku sebelumnya berjudul Laskar Pena Virgo Fidelis, Jejak-jejak Rasa, dan Kerombeto.
Usai me-launching buku siswa, Cintya Putri Messy, ketika ditemui, merasa senang dan bangga karena selain dapat menghasilkan satu karya certigraf yang berjudul “Mama”, tetapi ia juga bisa membacakan karyanya itu di hadapan kepala sekolah, para guru dan pegawai, para orang tua wali serta teman-temannya.
“Saya senang dan bangga karena saya bisa punya buku sendiri, dan saya bisa bacakan karya saya di hadapan Suster kepala sekolah, bapak ibu guru dan pegawai, dan juga teman-teman saya”, ungkap Cintya